Lewati navigasi

Monthly Archives: Mei 2011


Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh seluruh rumah tangga keluarga (RTK) di suatu negara dari penyerahan faktor-faktor produksi dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.
Cara penghitungan pendapatan nasional ada 3 yaitu dengan cara penghitungan dengan cara pengeluaran,cara penghitungan dengan cara produk neto, dan cara penghitungan dengan cara pendapatan.
CARA PENGHITUNGAN I : CARA PENGELUARAN

Di negara negara yang perekenomiannya sudah sangat maju seperti negeri Belanda, Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat, penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran/pembelanjaan adalah cara yang sangat penting. Hal ini di sebabkan karena cara tersebut dapat memberikan keterangan-keterangan yang sangat berguna mengenai tingkat kegiatan ekonomi yang di capai.
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara pengeluaran akan dapat memberi gambaran tentang :
(a) sampai dimana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai dimana baiknya tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang sedang di nikmati
(b) memberikan informasi dan data yanga dibutuhkan dalam analisis makroekonomi

Data pendapatan nasional dan komponen-komponen data yang dihitung dengan cara pengeluaran dapat digunakan sebagai landasan untuk mengambil langkah-langkah dalam mengatasi masalah ekonomi yang di hadapi
Dalam pengumpulan data mengenai investasi,pengeluaran tersebut dibedakan menjadi tiga jenis perbelanjaan berikut :
i. Pengeluaran keatas barang modal dan peralatan produksi.
ii. Perubahan-perubahan dalam nilai inventori pada akhir tahun.
iii. Pengeluaran-pengeluaran untuk mendirikan rumah dan tempat tinggal

TABEL 2.1
Penghitungan Pendapatan Nasional Indonesia, 2002 (Triliun Rupiah)
Jenis Pengeluaran Menurut harga berlaku Menurut harga tetap 1993
Nilai Presentasi
1.Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga 1.138,3 70,7 302,1
2.Pengeluaran Konsumsi pemerintah 131,1 8,2 35,3
3.Pembentukan Modal tetap domestik bruto 325,3 26,2 96,1
4.Perubahan stok -96,0 -6,0 -25,7
5.Ekspor Barang dan Jasa 569,9 35,4 116,9
6.Dikurangi : Impor Barang dan Jasa 469,6 28,5 98,0
PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) 1.610,0 100 426,7
7.Pendapatan neto faktor dari luar negeri -77,8 -4,8 -22,2
PRODUK DOMESTIK BRUTO 1.532,2 95,2 404,5
Dikurangi : Pajak Tak Langsung 71,2 4,4 18,9
Dikurangi : Depresiasi 80,5 5,0 21,3
PENDAPATAN NASIONAL 1.380,5 85,5 364,3

Sumber : Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2002

Konsep pendapatn nasional, seperti telah diterangkan, perlu di bedakan di antara pengertian neto dan bruto. PNB (Pendapatan Nasional Bruto) perlu dikurangi oleh depresiasi untuk memperoleh Pendapatan Nasional Neto atau Net National Product (NNP). Selanjutnya NNP dapat dibedakan menurut harga pasar dan menurut harga factor. NNP menurut parga factor adalah Pendapatan Negara. Di banyak Negara, hubungan diantara Produk Nasional Bruto (PNB) dan Pendapatan Negara (PN) dapat dinyatakan dengan persamaan.

PN = PNB – Pajak tak langsung + Subsidi – Depresiasi

Akan tetapi dalam penghitungan di Indonesia subsidi tidak dihitung. Oleh sebab itu diantara PNB dan PN terdapat hubungan berikut :

PN = PNB – Pajak tak langsung – Depresiasi

Dalam table 2.1 juga dihitung Pendapatan Nasional, yaitu dengan mengurangi (i) pajak tak langsung dan (ii) depresiasi dari Pendapatan Nasional Bruto. Pada tahun 2002 Pendapatan Nasional atau Pendapatan Nasional neto pada harga factor bernilai Rp. 1.380,5 triliun
Disamping dihitung menurut harga yang berlaku, PDB, PNB dan PP – dan komponen-komponennya, juga dihitung menurut harga tetap dan tahun dasarnya adalah tahun 1993. Data pendapatan nasional dan komponennya yang terdadapat pada tabel 2.1 menunjukan bahwa nilai menurut harga tetap jauh lebih rendah dari menurut harga yang berlaku. Perbedaan yang besar tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan harga yang tinggi dalam periode 1993 hinggal 2002, dan bukan karena pertumbuhan output Negara yang pesat. PDB menurut tetap hanya mencapai Rp. 426,7 triliun, dan PNB pada harga tetap adalah Rp. 404,5 triliun

NILAI BARANG JADI DAN NILAI TAMBAH
Dalam menghitung nilai pendapatan nasional menurut cara pengeluaran adalah penting untuk membedakan dengan sebaik-baiknya diantara barang-barang jadi dan barang-barang setengah jadi. Tindakan itu perlu dilakukan, seperti telah dikatakan, untuk menghindari penghitungan dua kali ke atas nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi dan dihitung dalam pendapatan nasional
Untuk menghindari terjadinya hal seperti ini, yang harus dijumlahkan di dalam menghitung pendapatan nasional adalah : (i) nilai barang-barang jadi saja, atau (ii) nilai-nilai tambahan yang diciptakan dalam setiap tingkat proses produksi. Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pengeluaran dilakukan dengan mejumlahkan nilai barang-barang jadi yang dihasilkan dalam perekonomian.

CARA PENGHITUNGAN II : CARA PRODUK NETO

Produk neto (net output) berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatau proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung pendapatan nasional ini adalah cara menghitung dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan di berbagai lapangan usaha dalam perekonomian. Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional mempunyai dua tujuan penting yaitu :
i. Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai sector ekonomi di dalam mewujudkan pendapatan nasional
ii. Sebagai saah satu cara untuk menghindari perhitungan dua kali yaitu dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai tahap proses produksi.

Sebelum penghitungan cara produk neto (cara produksi) diterangkan, terlebih dahulu akan ditunjukan suatu contoh sederhana untuk menghitung nilai tambah

MENGHITUNG NILAI TAMBAH
Dalam contoh ini akan diperhatikan transaksi dan kegiatan memproduksi yang akan dilalui dalam mewujudkan perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur, dan lemari. Kegiatan yang perlu dilakukan untuk membuat parabot itu adalah : menebang kayu dihutan, menggergaji kayu hutan untuk dijadikan papan, membuat parabot di pabrik perabot, dan menjual perabot itu di toko perabot
Seterusnya misakan kegiatan tersebut dilakukan oleh 4 perusahaan yang berbeda. Perusahaan tersebut yang menebang kayu menjual kayu hutan kepada penggergaji papan seharga Rp. 50 rb. Papan yang digergaji dijual kepada pemuat perabot dengan harga Rp. 200 rb. Pengusaha perabot, setelah membuat berbagai jenis perabot dan menjualnya, memperoleh hasil penjualan perabot kepada konsumen. Berdasarkan contoh ini, dalam tabel 2.2 ditujukan cara menghitung nilai tambah

TABEL 2.2
CONTOH MENGHITUNG NILAI TAMBAH
Jenis kegiatan Nilai penjualan
(ribu rupiah) Nilai penjualan
1. Mengambil kayu hutan 500 50
2. Menggergaji papan 200 150
3. Membuat perabot 600 400
4. Menjual perabot di toko 800 200
Jumlah nilai penjualan dan nilai tambah 1.650 800

i. Penebang kayu hutan : Rp. 50 ribu
ii. Penggergaji papan : Rp 200 – Rp 50 =Rp. 150 ribu
iii. Pembuat perabot : Rp 600 – Rp 200 =Rp. 400 ribu
iv. Toko perabot : Rp 800 – Rp 600 =Rp. 200 ribu

Dengan demikian jumah nilai tambah yang diwujudkan oleh keempat kegiatan itu adalah : (50+150+400+200) = Rp 800 ribu (jumlah nilai penjualan adalah Rp. 1.650 ribu). Pengeluaran konsumen untuk membeli perabot ini adalah Rp 800 ribu juga. Ini berarti dalam penghitungan diatas adalah sama dengan dalam pernghitungan menurut cara pengeluaran

PNB MENURUT LAPANGAN USAHA
Dalam tabel 2.3 ditunjukan bagaimana pendapatan nasional menurut cara produk neto dihitung. Data yang dikemukakan adalah untuk tahun 2002. Data yang di kumpulkan digolongkan kepada berbagai sector dimana nilai tambah diwujudkan. Oleh sebab itu data yang dikemukakan dinamakan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut lapangan usaha.
Tabel 2.3 menunjukan berbagai kegiatan ekonomi di Indonesia dan sumbangannya dalam mewujudkan pendapatan nasional. Nilai produksi suatu sektor menggambarkan nilai tambah yang di wujudkan oleh sektor tersebut. Sebagai contoh, misalkan produksi sektor pertanian adalah Rp 300 triliun dan sektor tersebut membeli bahan mentah dari sektor lain dengan nilai Rp 100 triliun. Berdasarkan contoh ini dapatlah di simpulkan bahwa sektor pertanian menghasilkan nilai tambah sebanyak Rp 200 triliun
TABEL 2.3
PRODUK DOMESTIK BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA, 2002 (TRILIUN RUPIAH)
Lapangan Usaha Menurut harga berlaku Harga tetap thn 1993
Nilai % Nilai %
1.Pertanian,peternakan,kehutanan Perikanan
2.Pertambangan dan penggalian
3.Industri pengolaha
4.Listrik,air,dan gas
5.Bangunan
6.Perdagangan,hotel,restoran
7.Pengangkutan dan komunikasi
8.Keuangan,sewa dan jasa perusahaan
9.Jasa-Jasa lain (termasuk pemerintahan) 281,3 17,6
191,8 11,9
402,6 25,0
29,1 1,8
92,4 5,7
258,9 16,1
97,3 6,0
105,6 6,5
151,0 9,4 68,0 15,9
39,8 9,3
113,7 26,7
7,5 1,8
25,3 5,9
69,3 16,2
33,6 7,9
29,9 7,0
39,6 9,3
PRODUK DOMESTIK BRUTO 1.610,0 100,0 426,7 100,0

Penghitungan seperti yang ditunjukan dalam tabel 2.3 menunjukan sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan kepada 9 sektor. Dua sektor yang pertama dinamakan juga sebagai sektor primer. Tiga sektor berikutnya, yaitu (i) industri pengolahan,(ii) listrik,gas dan air, dan (iii) bangunan digolangkan kepada sektor sekunder,dan sektor ke-6 hingga ke-9 digolongkan sebagai sektor jasa atau sektor tertier. Data PDB menurut harga yang berlaku untuk tahun 2002 memberikan informasi sebagai berikut :
i. Lapangan usaha terpenting dalam ekonomi Indonesia adalah kegiatan industry pengolahan,yang menghasilkan nilai tambah ebesar Rp 402,6 triliun dan meliputi 25% dari PDB
ii. Sektor primer yang meliputi pertanian,peternakan,kehutanan,perikanan dan pertambangan adalah lebih penting dari sektor sekunder dan sektor jasa. Sektor primer menghasilkan Rp 473,1 triliun (dihitung dari menambahkan nilai tambah yang diwujudkan sektor pertanian dan pertambangan) dan meliputi 39,5% dari PDB
iii. Kegiatan perdagangan, hotel dan terstoran member sumbangan kepada PDB yang hamper sama pentingnya dengan sektor pertanian

CARA PENGHITUNGAN III : CARA PENDAPATAN
Dalam buku mikroekonomi diterangkan bahwa, factor-faktor produksi dibedakan menjadi 4 golongan : tanah, tenaga kerja, modal, dan keahlian keusahaan. Apabila factor produksi itu digunakan untuk mewujudkan barang dan jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional lain yang berbeda dengan yang diperoleh dalam pernghitungan pendapatan nasional dengan kedua cara lainnya. Pendapatan nasional itu dinamakan Pendapatan Nasional atau Produk Nasional Neto menurut harga factor.

PENGGOLONGAN PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI
Penghitungan pendapatan nasional dengan cara pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapata yang diterima factor-faktor produksi secara berikut :
i. Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah
ii. Pendapatan dari usaha perseorangan (perusahaan perserorangan)
iii. Pendapatan dari sewa
iv. Bunga neto yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan dikurangi bunga keatas pinjaman konsumsi dan bunga keatas pinjaman pemerintah.
v. Keuntungan perusahaan

Yang dinyatakan dalam (ii) mencerminkan jumlah gaji dan upah,bunga,sewa dan keuntungan yang diperoleh perusahaan perusahaan yang dijalankan oleh pemiliknya sendiri dah keluarganya

CONTOH PENGHITUNGAN
Sampai sekarang Indonesia belum menggunakan cara ini untuk menghitung pendapatan nasionalnya. Salah satu Negara yang menggunakan cara penggolongan data Pendapatan Nasional seperti cara yang dijelaskan di atas adalah amerika serikat
Data yang diberikan menunjukan bahwa pendapatan nasional amerika serikat pada tahun tersebut adalah US$ 6.650 miliya. Nilai ini adalah lebih rendah dari Produk Domestik Bruto amerika serikat pada tahun yang sama yaitu sebesar US$ 8.084. hal tersebut disebabkan karena depresiasi, pajak tidak langsung, dan pendapatan neto factor dari luar tidak termasuk lagi dalam nilai tersebut

TABEL 2.4
PENDAPATAN NASIONAL AMERIKA SERIKAT, 1997 (MILIYAR DOLLAR AMERIKA)
Jenis Kegiatan Nilai
(milyar) Presentasi

1. Ganjaran untuk pekerja 4.703 70,7
2. Pendapatan usaha perseorangan 545 8,2
3.Pendapatan dari sewa 148 2,2
4.keuntungan perusahaan perseorangan 804 12,1
5.bunga bersih neto 450 6,8
Pendapatan Nasional 6.650 100,0

Komponen yang terutama dari Pendapatan Nasionak adalah “Ganjaran untuk pekerja”,yaitu upah, gaji, bonus dan pendapatan pekerja yang lain yang nilainya adalah sebanyak US$ 4.703 milyar dan meliputi hampir 71% dari Pendapatan Nasional. Keuntungan perusahaan perseorangan hanya meliputi bagian yang kecil saja dari Pendapatan Nasional, nilainya berjumla US$ 804 milyar dan meliputi 12,1% dari Pendapatan Nasional. Bunga neto berjumlah US$ 450 milyar dan meliputi 6,8% dari Pendapatan Nasional.
Dalam penghitungan Pendapatan Nasional, salah satu istilah yang perlu diterangkan secara lebih mendalam adalah bunga neto. Bunga neto adalah jumlah bunga yang dibayar dalam perekonomian dalam suatu tahun dikurangi dengan :
1. Bunga keatas pinjaman pemerintah
2. Bunga keatas pinjaman konsumen

Kedua jenis bunga tersebut adalah bunga keatas pinjaman yang digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang produktif, dan oleh sebab itu tidak termasuk dalam Pendapatan Nasional (yang meliputi faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa dalam perekonomian). Meminjam uang unuk membeli mobil misalnya adalah pinjaman yang bukan membiayai kegiatan produktif. Begitu juga halnya dengan pinjaman pemerintah. Kerap kali ia digunakan bukan untuk membiayai kegiatan yang tidak produktif, misalnya apabila pinjaman itu digunakan untuk memberi subsidi dan membayar pensiun pegawai.

Sumber :
Sadono Sukirno. Makro ekonomi teori pengantar. Jakarta. Rajawali Pers